Seorang
anak kecil bernama Kevin yang selalu bahagia dan ceria. Semasa kecilnya dia
selalu disayang oleh kedua orangtuanya dan kakak perempuannya. Kevin tergolong
anak yang pintar dalam pelajaran dan rajin beribadah. Dia tumbuh dalam keluarga
kristen. Ayahnya seorang pengusaha yang sering keluar kota, sedangkan ibunya
seorang ibu rumah tangga. Kakak perempuannya bernama Gita, Gita dan Kevin beda
5 tahun.
Saat
Kevin berusia 10 tahun, ayahnya menjanjikan untuk pergi berlibur bersama kalau
Kevn bisa mendapat juara 1 pada akhir semester. Kevin berusaha keras untuk bisa
memenuhi apa yang dikatakan ayahnya. Setiap hari Kevin belajar dan berdoa agar
dia mendaatkan juara 1, Kevin sangat berusaha karena dia ingin sekali berlibur
bersama keluarganya terutama ayahnya. Setiap pulang sekolah Kevin cepat-cepat
masuk kamar untuk belajar, tapi sebelum belajar dia berdoa terlebih dahulu.
Kevin belajar satu jam setelah itu dia keluar dan segera ke ruang makan untuk
makan siang, setelah makan siang dia membantu mamanya membersihkan rumah. Saat
soreh hari tiba Kevin segera mandi dan melanjutkan belajarnya hingga waktu
makan malam tiba.
Ujian
akhir semester pun tiba. Kevin takut kalau dia tidak dapat menjawab soal-soal
yang nanti keluar, tapi ibunya memberi semangat kepadanya dengan mengatakan;
“Vin, kalau kamu sudah bersaha semampumu setelah itu serakan semua itu kepada
TUHAN. Dan ingat sebelum membaca soal, berdoa dulu minta pertolongan dari
TUHAN, sebab bagi TUHAN tidak ada yang mustahil.” Saat masuk dalam kelas Kevin
teringat dengan perkataan ibunya, dan dia berdoa dulu sebelum membaca soal yang
sudah terletak diatas mejanya. Kevin melakukan semua itu ketika ujian
berlangsung. Hari penerimaan hasil ujian pun tiba, Kevin takut kalau hasilnya
jelek, dia selalu berdoa agar hasil ujiannya bagus. Ternyata hasil ujiannya
bagus, Kevin mendapatkan peringkat satu dari seluruh siswa dalam kelasnya.
Sampainya
di rumah Kevin segerah menelepon ayahnya dan memberitahu hasilnya. “Halo ayah,
ini Kevin. Ayah aku dapat juara satu di kelas.” Ujar kevin. “Bagusla nak.”
Jawab ayah. “ Ayah kita jadi pergi liburan?” tanya Kevin kepada ayahnya. “ Vin,
maafkan ayah. Ayah masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan dan ayah
minggu depan harus keluar kota karena ada urusan bisnis. Maaf yah nak.” Jawab
ayah. “Iya ayah tidak apa-apa Kevin mengerti.” Kevin menutup telepon dengan
muka yang murung dan sedih karena ayahnya tidak bisa menepati janjinya. Kevin
kecewa karena dia sudah berusaha hanya untuk bisa liburan sekeluarga, tapi
hasilnya nihil.
Hari
libur tiba, Kevin masih kecewa karena liburan kali ini dia tidak dapat bersama
ayahnya. Ibu Kevin mempunyai inisiatif untuk mengajak Kevin dan Gita pergi
berlibur di sebuah kebun binatang utuk menghibur kesedihan Kevin. Akhirnya
Kevin mau pergi dengan ibu dan kakaknya. Kevin gembira karena bisa berlibur
dengan keluarganya, tapi disatu sisi Kevin sedih karena ayahnya tidak bisa
bersama dengan mereka. Kevin sangat menginginkan kehadiran ayahnya, karena
Kevin dan ayahnya jarang ketemu.
Kevin
sudah bisa melupakan janji ayahnya itu, dan dia memaafkan ayahnya. Saat ibadah
minggu, Kevin mendengar khotbah dari pendeta mengenai janji TUHAN yang kekal
dan abadi. Setelah ibadah selesai, Kevin berpikir kalau hanya janji TUHAN yang
mutlak dan TUHAN tidak pernah mengingkari janji-NYA. Dan dia menyadari kalau
manusia tidak ada yang sempura dan dia mengambil keputusan untuk tidak memberi
janji kalau dia tidak bisa menepatinya, Kevin berusaha untuk tidak mengumbar
janji kepada orang lain karena dia tahu rasanya kalau seseorang telah berjanji
dan tidak ditepati.
Masa
libur sekolah telah berakhir, sekarang saatnya Kevin untuk kembali bersekolah.
Kevin menjalani semua seperti biasa. Dia belajar dengan baik, penuh kegembiraan
dan semangat. Satu bulan berlalu, Kevin ingin berdoa di gereja, dia pergi
sendirian dengan menggunakan sepeda. Sesampainya di gereja, dia berdoa dan
mencurahkan isi hatinya mengenai semua kejadian yang dia alami beberapa bulan
belakangan ini, termasuk kejadian saat liburan. Setelah berdoa Kevin berkeinginan
untuk pergi ke kantor ayahnya. dalam perjalanan ke kantor, Kevin terserempet
mobi, dia terjatuh dan kepalanya terbentur di pembatas jalan. Kevin segera
dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Sampai
di rumah sakit, dokter langsung memeriksa keadaan Kevin. Ayah, ibu, dan Gita
segerah ke rumah sakit setelah mendapat kabar. Dokter mengatakan kalau Kevin
mengalami pendarahan yang parah pada otaknya dan harus segerah dioperasi, tapi
kemungkinan untuk hidup sangat kecil kalau pun Kevin hidup dia akan cacat.
Ayahnya menyuruh dokter untuk operasi, tapi sebelum itu ayah ingin bertemu
dengan Kevin. Dokter mengijinkan ayah masuk sindirian.
“Kevin,
ini ayah..” ujar ayah. “Ya ayah…” Kevin menjawab dalam keadaan lemah. “Kev,
harus kuat dan Kev harus bisa melewati semua ini.. Ayah janji kalau Kevin bisa
melewati semua ini ayah akan mengajak Kevin ke mana saja yang Kevin mau. Ayah
janji.”ujar ayah. “Ayah tidak perlu janji kalau ayah tidak bisa menepatinya.
Ade tidak mau kecewa untuk kedua kalinya. Ayah serakan semua ini kedalam tangan
TUHAN karena ade tahu semua ini rencana TUHAN.” Jawab Kevin.
Ayah
terpukul mendengar perkataan Kevin. Kevin pun langsung dibawa ke ruang operasi.
Operasi sudah bejalan satu jam, tapi dokter belum kunjung keluar. Setelah dua
jam berlalu, keluarlah dokter dari ruang operasi. “Dok, bagaimana keadaan
Kevin??” tanya ayah. “kami sudah usahakan semampu kami, tap TUHAN berkehendak
lain. Kevin tidak dapat tertolong.” Jawab dokter. Ayah, ibu dan Gita sangat
terpukul mendengarnya, terutama ayah. Ayah sangat sedih karena tidak dapat
menepati janjinya saat liburan dan dia menyesali semua itu. Ayah mengingat
pesan dari Kevin, kalau jangan berjanji jika tidak dapat ditepati.
“Janganlah
berjanji kepada orang lain kalau kita belum bias menepatinya, dan kalau sudah
terlanjur berjanji usahakanlah supaya menepati janji tersebut selagi masih ada
waktu untuk menepatinya, jangan sampai waktu yang diberikan kita buang sia-sia
dan kita menyesal pada akhirnya.”
By: Rachel..
Like this yoooo...
BalasHapusweLcome to bLogger....