Minggu, 25 Maret 2012

KESETIAAN


          Hana dan suaminya yang bernama Erick, sudah lima tahun menantikan kehadiran seorang anak dalam keluarga kecil mereka. Pada usia keenam dalam pernikahan mereka, Hana pun mengandung. Mereka sangat bahagia setelah mengetahui kabar tersebut. Selama sembilan bulan mengandung, akhirnya tiba saatnya Hana untuk melahirkan. Dokter menyarankan untuk operasi karena kondisi kesehatan Hana tidak memungkinkan untuk normal, tapi Hana bersih keras untuk normal. Akhirnya diputuskan untuk normal. Awalnya berjalan lancar,tapi saat bayi sudah mulai keluar dokter mengatakan; “ini harus dioperasi karena kondisi Hana tidak memungkinkan, kalau memang Hana lanjutkan salah satunya akan meninggal.” Hana tidak mau dioperasi karena dia ingin merasakan jadi seorang ibu seutuhnya. Bayi mungil itu berhasil keluar dengan selamat, tapi beberapa saat kemudian Hana meninggal dunia. Kesedihan sangat dirasakan oleh Erick, tapi dia tidak dapat berbuat apa-apa dengan kejadian ini, dia hanya bisa merelakan kepergian istri yang dia sayanginya. Dan bayi yang itu diberi nama Gia, nama itu telah disiapkan Hana jauh sebelum dia mengandung.
          Gia dibesarkan oleh seorang ayah yang sangat menyayangi dia. Gia merasakan kasih sayang seorang ibu dari ayahnya. gia tumbuh sebagai seorang gadis yang tidak manja kepada ayahnya. Usia Gia sekarang 17 tahun, Gia mulai mengenal pergaulan anak muda jaman sekarang.
          Erick mulai sibuk dengan pekerjaannya, dia menyibukkan dirinya karena dia masih teringat dengan mendiam istrinya. Erick selalu memikirkan keadaan Gia, karena dia tahu kalau Gia memiliki penyakit sejak bayi dan perkiraan dokter Gia hanya bisa hidup 18 tahun saja. Erick sangat sedih saat memikirkan keadaan Gia, karena Erick takut untuk kehilangan Gia seperti dia keilangan Hana istrinya.
          Erick selalu berusaha menjadi ayah yang baik buat Gia agar Gia bahagia, tapi Gia merasa kalau Erick terlalu mengekang dia. Gia berpikir kalau ayahnya terlalu posesif, tapi Erick memberi penjelasan kepada Gia agar dia mengerti kenapa sikap ayahnya seperti itu terhadap dia, akhirna Gia mengerti seteleh mendengar ayahnya.
          Suatu kali ketika Gia sedang jalan dengan teman-temannya di sebuah pusat perbelanjaan, Gia jatuh pingsan dan segera dibawa ke rumah sakit terdekat. Erick mendapat kabar dari salah seorang teman Gia, dan Erick segera menyusul Gia ke rumah sakit itu.
          Ketika Erick sampai di rumah sakit, dia melihat putri kesayangannya terbaring lemah di dalam kamar ICU. Erick sedih melihat keadaan Gia dan dia tidak mau kehilangan orang yang dia sayang untuk kedua kalinya. Erick menanyakan keadaan Gia pada dokter, dokter memberi tahu dia kalau keadaan Gia semakin memburuk dan harus segerah dioperasi, tapi belum ada donor sum-sum tulang belakang yang cocok dengan Gia. Erick semakin bingung apa yang harus dia buat, Erick pun teringat dengan perkataan dari pendeta di gerejanya; “tidak ada yang mustahil bagi TUHAN, yang penting kita percaya dan serahkan semuanya kepada TUHAN”. Dengan melihat keadaan Gia, Erick membaca alkitab dan berdoa disamping Gia.
          Erick dengan setia menemani Gia dan dengan setia berdoa kepada TUHAN. Keadaan Gia kunjung membaik walaupun belum mendapatkan donor yang cocok. Setelah kurang lebih 3 minggu Gia tidak sadarakan diri, tiba-tiba saat Erick sedang berdoa, Gia pun sadar dan mengatakan “Amin”. Erick terkejut dan dia segerah berterima kasih kepada TUHAN, Erick memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Gia. Dokter terkejut setelah selesai memeriksa karena keadaan Gia sudah pulih 100%. “Ini sebuah keajaiban, keadaannya sudah pulih 100%.” Ujar dokter. “Lalu kapan Gia boleh pulang dok??” tanya Erick. “Lusa dia sudah bisa pulang” jawab dokter. “Terima kasih TUHAN”. Erick sangat bahagia mendengar kabar dari dokter, dan dia segerah memberitahukan kabar itu kepada Gia. Setelah memberitahukan kepada Gia, Erick melunasi administrasi di kasir.
          Setela pulang dari rumah sakit Gia kembali bersekolah seperti biasanya. Erick dengan setia mengantar dan menjemput Gia ke sekolah. Gia aktif melayani di gerejanya, dan setiap ada kesempatan untuk bersaksi Gia selalu bersaksi tentang kebaikan TUHAN dalam keluarganya. Erick dan Gia saling menjaga satu sama lain dan saling menyuport dalam setiap kegiatan mereka.

“ Setiap perkara yang kita hadapi semua adalah rancangan TUHAN yang tidak bisa ditebak oleh manusia..
Terkadang kita langsung putus asah ketika cobaan datang dalam hidup kita, tapi tanpa kita sadari saat itu TUHAN sedang menguji kesetiaan kita, dan TUHAN telah menyiapkan sesuatu yang indah dibalik cobaan yang ada.”
         

KEVIN DAN HARAPANNYA

          Seorang anak kecil bernama Kevin yang selalu bahagia dan ceria. Semasa kecilnya dia selalu disayang oleh kedua orangtuanya dan kakak perempuannya. Kevin tergolong anak yang pintar dalam pelajaran dan rajin beribadah. Dia tumbuh dalam keluarga kristen. Ayahnya seorang pengusaha yang sering keluar kota, sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga. Kakak perempuannya bernama Gita, Gita dan Kevin beda 5 tahun.
          Saat Kevin berusia 10 tahun, ayahnya menjanjikan untuk pergi berlibur bersama kalau Kevn bisa mendapat juara 1 pada akhir semester. Kevin berusaha keras untuk bisa memenuhi apa yang dikatakan ayahnya. Setiap hari Kevin belajar dan berdoa agar dia mendaatkan juara 1, Kevin sangat berusaha karena dia ingin sekali berlibur bersama keluarganya terutama ayahnya. Setiap pulang sekolah Kevin cepat-cepat masuk kamar untuk belajar, tapi sebelum belajar dia berdoa terlebih dahulu. Kevin belajar satu jam setelah itu dia keluar dan segera ke ruang makan untuk makan siang, setelah makan siang dia membantu mamanya membersihkan rumah. Saat soreh hari tiba Kevin segera mandi dan melanjutkan belajarnya hingga waktu makan malam tiba.
          Ujian akhir semester pun tiba. Kevin takut kalau dia tidak dapat menjawab soal-soal yang nanti keluar, tapi ibunya memberi semangat kepadanya dengan mengatakan; “Vin, kalau kamu sudah bersaha semampumu setelah itu serakan semua itu kepada TUHAN. Dan ingat sebelum membaca soal, berdoa dulu minta pertolongan dari TUHAN, sebab bagi TUHAN tidak ada yang mustahil.” Saat masuk dalam kelas Kevin teringat dengan perkataan ibunya, dan dia berdoa dulu sebelum membaca soal yang sudah terletak diatas mejanya. Kevin melakukan semua itu ketika ujian berlangsung. Hari penerimaan hasil ujian pun tiba, Kevin takut kalau hasilnya jelek, dia selalu berdoa agar hasil ujiannya bagus. Ternyata hasil ujiannya bagus, Kevin mendapatkan peringkat satu dari seluruh siswa dalam kelasnya.
          Sampainya di rumah Kevin segerah menelepon ayahnya dan memberitahu hasilnya. “Halo ayah, ini Kevin. Ayah aku dapat juara satu di kelas.” Ujar kevin. “Bagusla nak.” Jawab ayah. “ Ayah kita jadi pergi liburan?” tanya Kevin kepada ayahnya. “ Vin, maafkan ayah. Ayah masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan dan ayah minggu depan harus keluar kota karena ada urusan bisnis. Maaf yah nak.” Jawab ayah. “Iya ayah tidak apa-apa Kevin mengerti.” Kevin menutup telepon dengan muka yang murung dan sedih karena ayahnya tidak bisa menepati janjinya. Kevin kecewa karena dia sudah berusaha hanya untuk bisa liburan sekeluarga, tapi hasilnya nihil.
          Hari libur tiba, Kevin masih kecewa karena liburan kali ini dia tidak dapat bersama ayahnya. Ibu Kevin mempunyai inisiatif untuk mengajak Kevin dan Gita pergi berlibur di sebuah kebun binatang utuk menghibur kesedihan Kevin. Akhirnya Kevin mau pergi dengan ibu dan kakaknya. Kevin gembira karena bisa berlibur dengan keluarganya, tapi disatu sisi Kevin sedih karena ayahnya tidak bisa bersama dengan mereka. Kevin sangat menginginkan kehadiran ayahnya, karena Kevin dan ayahnya jarang ketemu.
          Kevin sudah bisa melupakan janji ayahnya itu, dan dia memaafkan ayahnya. Saat ibadah minggu, Kevin mendengar khotbah dari pendeta mengenai janji TUHAN yang kekal dan abadi. Setelah ibadah selesai, Kevin berpikir kalau hanya janji TUHAN yang mutlak dan TUHAN tidak pernah mengingkari janji-NYA. Dan dia menyadari kalau manusia tidak ada yang sempura dan dia mengambil keputusan untuk tidak memberi janji kalau dia tidak bisa menepatinya, Kevin berusaha untuk tidak mengumbar janji kepada orang lain karena dia tahu rasanya kalau seseorang telah berjanji dan tidak ditepati.
          Masa libur sekolah telah berakhir, sekarang saatnya Kevin untuk kembali bersekolah. Kevin menjalani semua seperti biasa. Dia belajar dengan baik, penuh kegembiraan dan semangat. Satu bulan berlalu, Kevin ingin berdoa di gereja, dia pergi sendirian dengan menggunakan sepeda. Sesampainya di gereja, dia berdoa dan mencurahkan isi hatinya mengenai semua kejadian yang dia alami beberapa bulan belakangan ini, termasuk kejadian saat liburan. Setelah berdoa Kevin berkeinginan untuk pergi ke kantor ayahnya. dalam perjalanan ke kantor, Kevin terserempet mobi, dia terjatuh dan kepalanya terbentur di pembatas jalan. Kevin segera dilarikan ke rumah sakit terdekat.
          Sampai di rumah sakit, dokter langsung memeriksa keadaan Kevin. Ayah, ibu, dan Gita segerah ke rumah sakit setelah mendapat kabar. Dokter mengatakan kalau Kevin mengalami pendarahan yang parah pada otaknya dan harus segerah dioperasi, tapi kemungkinan untuk hidup sangat kecil kalau pun Kevin hidup dia akan cacat. Ayahnya menyuruh dokter untuk operasi, tapi sebelum itu ayah ingin bertemu dengan Kevin. Dokter mengijinkan ayah masuk sindirian.
“Kevin, ini ayah..” ujar ayah. “Ya ayah…” Kevin menjawab dalam keadaan lemah. “Kev, harus kuat dan Kev harus bisa melewati semua ini.. Ayah janji kalau Kevin bisa melewati semua ini ayah akan mengajak Kevin ke mana saja yang Kevin mau. Ayah janji.”ujar ayah. “Ayah tidak perlu janji kalau ayah tidak bisa menepatinya. Ade tidak mau kecewa untuk kedua kalinya. Ayah serakan semua ini kedalam tangan TUHAN karena ade tahu semua ini rencana TUHAN.” Jawab Kevin.
          Ayah terpukul mendengar perkataan Kevin. Kevin pun langsung dibawa ke ruang operasi. Operasi sudah bejalan satu jam, tapi dokter belum kunjung keluar. Setelah dua jam berlalu, keluarlah dokter dari ruang operasi. “Dok, bagaimana keadaan Kevin??” tanya ayah. “kami sudah usahakan semampu kami, tap TUHAN berkehendak lain. Kevin tidak dapat tertolong.” Jawab dokter. Ayah, ibu dan Gita sangat terpukul mendengarnya, terutama ayah. Ayah sangat sedih karena tidak dapat menepati janjinya saat liburan dan dia menyesali semua itu. Ayah mengingat pesan dari Kevin, kalau jangan berjanji jika tidak dapat ditepati.

“Janganlah berjanji kepada orang lain kalau kita belum bias menepatinya, dan kalau sudah terlanjur berjanji usahakanlah supaya menepati janji tersebut selagi masih ada waktu untuk menepatinya, jangan sampai waktu yang diberikan kita buang sia-sia dan kita menyesal pada akhirnya.”

By: Rachel..