Hana dan
suaminya yang bernama Erick, sudah lima tahun menantikan kehadiran seorang anak
dalam keluarga kecil mereka. Pada usia keenam dalam pernikahan mereka, Hana pun
mengandung. Mereka sangat bahagia setelah mengetahui kabar tersebut. Selama sembilan
bulan mengandung, akhirnya tiba saatnya Hana untuk melahirkan. Dokter
menyarankan untuk operasi karena kondisi kesehatan Hana tidak memungkinkan
untuk normal, tapi Hana bersih keras untuk normal. Akhirnya diputuskan untuk
normal. Awalnya berjalan lancar,tapi saat bayi sudah mulai keluar dokter
mengatakan; “ini harus dioperasi karena kondisi Hana tidak memungkinkan, kalau
memang Hana lanjutkan salah satunya akan meninggal.” Hana tidak mau dioperasi
karena dia ingin merasakan jadi seorang ibu seutuhnya. Bayi mungil itu berhasil
keluar dengan selamat, tapi beberapa saat kemudian Hana meninggal dunia.
Kesedihan sangat dirasakan oleh Erick, tapi dia tidak dapat berbuat apa-apa
dengan kejadian ini, dia hanya bisa merelakan kepergian istri yang dia sayanginya.
Dan bayi yang itu diberi nama Gia, nama itu telah disiapkan Hana jauh sebelum
dia mengandung.
Gia
dibesarkan oleh seorang ayah yang sangat menyayangi dia. Gia merasakan kasih
sayang seorang ibu dari ayahnya. gia tumbuh sebagai seorang gadis yang tidak
manja kepada ayahnya. Usia Gia sekarang 17 tahun, Gia mulai mengenal pergaulan
anak muda jaman sekarang.
Erick mulai
sibuk dengan pekerjaannya, dia menyibukkan dirinya karena dia masih teringat
dengan mendiam istrinya. Erick selalu memikirkan keadaan Gia, karena dia tahu
kalau Gia memiliki penyakit sejak bayi dan perkiraan dokter Gia hanya bisa
hidup 18 tahun saja. Erick sangat sedih saat memikirkan keadaan Gia, karena
Erick takut untuk kehilangan Gia seperti dia keilangan Hana istrinya.
Erick selalu
berusaha menjadi ayah yang baik buat Gia agar Gia bahagia, tapi Gia merasa
kalau Erick terlalu mengekang dia. Gia berpikir kalau ayahnya terlalu posesif,
tapi Erick memberi penjelasan kepada Gia agar dia mengerti kenapa sikap ayahnya
seperti itu terhadap dia, akhirna Gia mengerti seteleh mendengar ayahnya.
Suatu kali
ketika Gia sedang jalan dengan teman-temannya di sebuah pusat perbelanjaan, Gia
jatuh pingsan dan segera dibawa ke rumah sakit terdekat. Erick mendapat kabar
dari salah seorang teman Gia, dan Erick segera menyusul Gia ke rumah sakit itu.
Ketika Erick
sampai di rumah sakit, dia melihat putri kesayangannya terbaring lemah di dalam
kamar ICU. Erick sedih melihat keadaan Gia dan dia tidak mau kehilangan orang yang
dia sayang untuk kedua kalinya. Erick menanyakan keadaan Gia pada dokter,
dokter memberi tahu dia kalau keadaan Gia semakin memburuk dan harus segerah
dioperasi, tapi belum ada donor sum-sum tulang belakang yang cocok dengan Gia.
Erick semakin bingung apa yang harus dia buat, Erick pun teringat dengan
perkataan dari pendeta di gerejanya; “tidak ada yang mustahil bagi TUHAN, yang
penting kita percaya dan serahkan semuanya kepada TUHAN”. Dengan melihat
keadaan Gia, Erick membaca alkitab dan berdoa disamping Gia.
Erick dengan
setia menemani Gia dan dengan setia berdoa kepada TUHAN. Keadaan Gia kunjung
membaik walaupun belum mendapatkan donor yang cocok. Setelah kurang lebih 3
minggu Gia tidak sadarakan diri, tiba-tiba saat Erick sedang berdoa, Gia pun
sadar dan mengatakan “Amin”. Erick terkejut dan dia segerah berterima kasih
kepada TUHAN, Erick memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Gia. Dokter
terkejut setelah selesai memeriksa karena keadaan Gia sudah pulih 100%. “Ini
sebuah keajaiban, keadaannya sudah pulih 100%.” Ujar dokter. “Lalu kapan Gia
boleh pulang dok??” tanya Erick. “Lusa dia sudah bisa pulang” jawab dokter.
“Terima kasih TUHAN”. Erick sangat bahagia mendengar kabar dari dokter, dan dia
segerah memberitahukan kabar itu kepada Gia. Setelah memberitahukan kepada Gia,
Erick melunasi administrasi di kasir.
Setela
pulang dari rumah sakit Gia kembali bersekolah seperti biasanya. Erick dengan
setia mengantar dan menjemput Gia ke sekolah. Gia aktif melayani di gerejanya,
dan setiap ada kesempatan untuk bersaksi Gia selalu bersaksi tentang kebaikan
TUHAN dalam keluarganya. Erick dan Gia saling menjaga satu sama lain dan saling
menyuport dalam setiap kegiatan mereka.
“ Setiap perkara yang
kita hadapi semua adalah rancangan TUHAN yang tidak bisa ditebak oleh manusia..
Terkadang kita langsung
putus asah ketika cobaan datang dalam hidup kita, tapi tanpa kita sadari saat
itu TUHAN sedang menguji kesetiaan kita, dan TUHAN telah menyiapkan sesuatu
yang indah dibalik cobaan yang ada.”